Pengertian
IMA (Infark miokard akut) atau disebut juga dengan
AMI (Akut Miokard Infark) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard (otot
jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat atau juga
terganggu.
Ø Menurut pendapat beberapa ahli :
1.
Infark
miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner &
Sudarth, 2002).
2.
Infark
miokardium adalah penyumbatan sebagian atau lebih arteri koroner (dikenal juga
serangan jantung). (Holloway, 2003)
3.
Infark miokard
akut adalah nekrosis
miokard akibat aliran
darah ke otot jantung terganggu. (Suyono, 1999)
4.
Infark Miokard Akut adalah kematian jaringan Miokard
akibat oklusi akut pembuluh darah koroner. (Rumah sakit Jantung Harapan Kita ,
1993).
Patofisiologi Infark Miokard Akut (IMA)
IMA terjadi ketika iskemia yang terjadi
berlangsung cukup lama yaitu lebih dari
30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian
jantung yang terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang
terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner / coronary artery
disease (CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa
tahun di dalam lumen arteri koronaria (arteri
yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung). Plaque dapat rupture sehingga
menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan plaque. Jika bekuan
menjadi cukup besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun
sebagian pada arteri koroner.
Terbendungnya
aliran darah menghambat darah yang kaya oksigen mencapai bagian otot jantung
yang disuplai oleh arteri tersebut. Kurangnya oksigen akan merusak otot
jantung. Jika sumbatan itu tidak ditangani dengan cepat, otot jantung yang
rusak itu akan mulai mati. Selain disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh
plaque ternyata infark juga bisa terjadi pada orang dengan arteri koroner
normal (5%). Diasumsikan bahwa spasme arteri koroner berperan dalam beberapa
kasus ini.
Spasme
yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara lain: mengkonsumsi
obat-obatan tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan suhu dingin yang ekstrim. Spasme
bisa terjadi pada pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik sehingga bisa
menimbulkan oklusi kritis sehingga bisa menimbulkan infark jika terlambat dalam
penangananya. Letak infark ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner
yang mensuplai darah ke jantung. Terdapat dua arteri koroner besar yaitu arteri
koroner kanan dan kiri. Kemudian arteri koroner kiri bercabang menjadi dua
yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri koronaria Desenden
Anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke arah afeks jantung.
Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian
besar apeks, dan ventrikel kiri anterior. Sedangkan cabang sirkumpleks kiri
berjalan dari koroner kiri kearah dinding lateral kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai
meliputi atrium kiri, seluruh dinding posterior, dan sepertiga septum
intraventrikel posterior. Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari aorta
sisi kanan arteri pulmonal kearah dinding lateral kanan sampai ke posterior
jantung. Bagian jantung yang disuplai meliputi: atrium kanan, ventrikel kanan,
nodus SA, nodus AV, septum interventrikel posterior superior, bagian atrium
kiri, dan permukaan diafragmatik ventrikel kiri.
Berdasarkan
hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior kemungkinan disebabkan
gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan infark inferior bisa
disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan. Berdasarkan ketebalan dinding
otot jantung yang terkena maka infark bisa dibedakan menjadi infark transmural
dan subendokardial. Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena
otot yang nekrosis akan kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang
mengalami iskemi (disekeliling daerah infark).
Secara
fungsional infark miokardium menyebabkan perubahan-perubahan sebagai berikut:
daya kontraksi menurun; gerakan dinding abnormal (daerah yang terkena infark
akan menonjol keluar saat yang lain melakukan kontraksi); perubahan daya
kembang dinding ventrikel; penurunan volume sekuncup; penurunan fraksi ejeksi.
Gangguan fungsional yang terjadi tergantung pada beberapa faktor dibawah ini:
1.
Ukuran infark
jika mencapai 40% bisa menyebabkan syok kardiogenik
2.
Lokasi Infark dinding
anterior mengurangi fungsi mekanik jantung lebih besar dibandingkan jika
terjadi pada bagian inferior
3.
Sirkulasi
kolateral berkembang sebagai respon terhadap iskemi kronik dan hiperferfusi
regional untuk memperbaiki aliran darah yang menuju miokardium. Sehingga
semakin banyak sirkulasi kolateral, maka gangguan yang terjadi minimal. Mekanisme
kompensasi bertujuan untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer.
Gangguan akan mulai terasa ketika mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi
dengan baik.
Etiologi IMA
Kerusakan
miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan
irreversibel dalam 3 – 4 jam. IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak
tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel-sel jantung tersebut.
Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
1.
Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.
Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
a.
Faktor pembuluh
darah
Hal ini berkaitan dengan fungsinya pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu fungsi
pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme
pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal
antara lain: mengkonsumsi obat-obatan tertentu; stress emosional atau nyeri; terpapar
suhu dingin yang ekstrim; merokok.
b.
Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari
jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak
akan lepas dari faktor pemompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang
menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis
maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitrlalis,
maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardiac out put (COP). Penurunan
COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian tubuh
tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
c.
Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh.
Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah)
dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan
terganggunya daya angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia, dan
polisitemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang
normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi diantaranya dengan
meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang
tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada
akhirnya makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin
meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah. Oleh karena itu segala
aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu
terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan
lain-lain. Hipertropi miokard bisa
memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus disuplai oksigen,
sedangkan asupan oksien menurun akibat
dari pemompaan yang tidak efektive.
Klasifikasi Infark Miokard Akut
a.
Infark Miokard Subendokardial
Infark Miokard Subendokardial
terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun dalam waktu
yang lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau
dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia
(Rendy & Margareth, 2012). Atau dengan kata lain infark miokard
subendokardial mengalami kerusakan hanya lapisan bagian dalam saja.
b.
Infark Miokard
Transmural
Pada lebih dari 90% pasien infark
miokard transmural berkaitan dengan trombosis koroner. Trombosis sering terjadi
di daerah yang mengalami penyempitan arteriosklerosik. Penyebab lain lebih
jarang di temukan (Rendy & Margareth, 2012). Atau dengan kata lain dapat
dikatakan infark miokard transmural mengalami kerusakan pada seluruh lapisan
miokardium.
Faktor Resiko Infark Miokard Akut
Secara
garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena
AMI, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan faktor resiko yang tidak
bisa dimodifikasi
1.
Faktor resiko
yang dapat dimodifikasi.
Merupakan faktor resiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan
intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini
diantaranya:
a.
Merokok
Peran rokok dalam penyakit ljantung
koroner ini antara lain: menimbulkan aterosklerosis; peningkatan trombogenessis
dan vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia jantung,
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan
resiko 2-3 kali dibanding yang tidak merokok.
b.
Konsumsi alkohol
Meskipun ada dasar teori mengenai
efek protektif alkohol dosis rendah hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan
trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL
dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih controversial. Tidak semua
literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alkohol dikaitkan
dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena aritmia, hipertensi
sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
c.
Hipertensi
sistemik.
Hipertens sistemik menyebabkan
meningkatnya after load yang secara tidak langsung akan meningkan beban kerja
jantung. Kondisi seperti ini akan memicu
hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after
load yang pada akhirnya meningkatan
kebutuhan oksigen jantung.
d.
Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat
badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan kolesterol darah, DM tidak
tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
e.
Kurang olahraga
Aktivitas
aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner,
yaitu sebesar 20-40 %.
f.
Penyakit
Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung
koroner pada pasien dengan DM sebesar 2- 4 lebih tinggi dibandingkan orang
biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid,
obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat
adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis).
2.
Faktor resiko
yang tidak dapat dimodifikasi.
Merupakan faktor resiko yang tidak bisa dirubah atau
dikendalikan, yaitu diantaranya
a.
Usia
Resiko meningkat pada pria di atas
45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnnya setelah menopause).
b.
Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung
koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan,
hal ini berkaitan dengan estrogen endogn yang bersifat protective pada
perempuan. Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya
setare dengan laki pada wanita setelah masa menopause
c.
Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah
yang mengalami PJK sebelm usia 70 tahun
merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga
menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini. Terdapat bukti bahwa
riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK pada keluarga
dekat
d.
RAS
Insidensi kematian akiat PJK pada
orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi dibandingkan dengan peduduk
local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada RAS apro-karibia
e.
Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih
tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian Inggris Utara dan dapat
merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air, merokok, struktur sosio-ekonomi,
dan kehidupan urban.
f.
Tipe kepribadian
Tipe kepribadian yang memiliki sifat
agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila hormat, ambisius, dan gampang
marah sangat rentan untuk terkena PJK.
Terdapat hubungan antara stress dengan abnormalitas metabolisme lipid.
g.
Kelas sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga
kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki terlatih dibandingkan dengan
kelompok pekerja profesi (missal dokter, pengacara dll). Selain itu frekuensi
istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar untuk mengalami kematian dini
akibat PJK dibandingkan istri pekerja professional/non-manual.
Manifestasi Klinis Infark Miokard Akut
Tidak semua serangan mulai secara tiba-tiba disertai nyeri yang
sangat parah seperti yang sering kita lihat pada tayangan TV atau sinema. Tanda
dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama. Banyak serangan jantung
berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau perasaan tidak nyaman. Bahkan
beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan silent heart attack). Akan
tetapi pada umumnya serangan IMA ini ditandai oleh beberapa hal berikut :
1.
Nyeri Dada
Mayoritas pasien IMA (90%) datang
dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan
dengan nyeri pada angina adalah nyeri pada IMA lebih panjang yaitu minimal 30
menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina
biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak. Nyeri
dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau
perasaan takut. Meskipun IMA memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke
lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu
nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula,
atau penderita DM berkaitan dengan neuropathy. Gambaran klinis bisa bervariasi
dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien
yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi
syok dan oedem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu
tiba-tiba meninggal.
Serangan infark miokard biasanya
akut, dengan rasa sakit seperti angina, tetapi tidak seperti angina yang biasa,
maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan
akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan
angina, maka ia tahu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya
sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard
akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat, sering terjadi pada
jam-jam awal di pagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa sakitnya
yang bisa kemudian menghilang berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam
bahkan berhari-hari. Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam,
mencekik, mencengkeram atau membor. Paling nyata di daerah subternal, yang menyebar
di kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas (sehingga ia
mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau
pancreatitis akut).
Namun bila pasien-pasien ini ditanya
secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan pencernaan atau rasa
benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit menimbulkan rasa tidak
enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa napas yang pendek
(seperti orang yang kelelahan) dan bukannya tekanan pada substernal. Sekali-sekali
bisa pula terjadi cekukan/singultus akibat iritasi diafragma oleh infark
dinding inferior. Pasien biasanya tetap sadar, tetapi bisa gelisah, cemas atau
bingung.
2.
Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh
peningkatan mendadak tekanan akhir diastolic ventrikel kiri, disamping itu
perasaan cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi.Pada infark yang tanpa gejala
nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya
disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3.
Gejala
Gastrointestinal
Peningkatan
aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada
infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa
menyebabkan cegukan terlebih-lebih apabila diberikan martin untuk rasa
sakitnya.
4. Gejala lain termasuk
palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, dan gejala akibat
emboli arteri (misalnya stroke, iskemia ekstrimitas).
5. Bila diperiksa,
pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan berkeringat , kulit
yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak dijumpai.
6. Nadi biasanya
cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau inkomplit. Dalam
beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi demam sering
berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102 derajat Fahrenheid
atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali normal pada akhir
dari minggu pertama.
Pemeriksaan Penunjang Infark Miokard Akut
- EKG
(Electrocardiogram)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan
menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik
diarahkan menjauh dari jaringan iskemik,
lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi
ST. Pada infark, miokard yang mati tidak
mengkonduksi listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal,
mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan
cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik
adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik
akan menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjasi lagi. Pada awal
infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi. Selama
berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan
umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.
- Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga
protein-protein tertentu keluar masuk
aliran darah.
- LDH (Laktat
Dehidrogenisasi)
Terjadi
pada tahap lanjut infark miokard yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai
puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat
dideteksi sampai dengan 2 minggu. Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan
CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat dengan nilai
Troponin, terutama Troponin T. Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata
isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung juga bisa
ditemukan pada otot skeletal.
- Troponin T
& I
Merupakan
protein merupakan tanda paling spesifik
cedera otot jantung, terutama Troponin T (TnT)Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam
pasca kerusakan miokard dan masih tetap
tinggi dalam serum selama 1-3
minggu.Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama;
peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.
- Pemeriksaan Enzim
jantung :
a.
CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot
jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam.
b.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam
memakan waktu lama untuk kembali normal.
c.
AST/SGOT
Meningkat (
kurang nyata/khusus )
terjadi dalam 6-12
jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
d.
Oronary
Angiography
Coronary angiography merupakan
pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung dan pembuluh darah. Sering
dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.
Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua jantung.
Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari
angiografi koroner Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan
melalui ujung kateter pada aliran darah. Zat kontras itu memingkinkan dokter dapat mempelajari aliran
darah yang melewati pembuluh darah dan jantung Jika ditemukan sumbatan,
tindakan lain yang dinamakan angioplasty, dpat dilakukan untuk memulihkan
aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori)
dalam arteri untuk menjaga arteri tetap terbuka.
6.
Elektrolit.
Ketidakseimbangan
dapat mempengaruhi konduksi
dan kontraktilitas, missal hipokalemi,
hiperkalemi.
- Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
- Kecepatan
sedimentasi
Meningkat
pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
- GDA
Dapat
menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
- Kolesterol atau
Trigliserida serum
Meningkat,
menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab IMA.
- Pemeriksaan
pencitraan nuklir
a.
Talium :
mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi atau
luasnya IMA
b.
Technetium :
terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
- Pencitraan darah
jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan
dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
- Angiografi koroner
Menggambarkan
penyempitan atau sumbatan
arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan
pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung
angioplasty atau emergensi.
- Nuklear Magnetic
Resonance (NMR)
Memungkinkan
visualisasi aliran darah,
serambi jantung atau
katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau
infark dan bekuan darah.
- Tes stress olah
raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
Komplikasi Infark Miokard Akut
a.
Perluasan infark
dan iskemia pasca infark
b.
Aritmia : suatu
tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung
c.
Disfungsi otot
jantung ( gagal jantung kiri, hipotensi dan syok)
d.
Infark ventrikel
kanan
e.
Defek mekanik
f.
Ruptur Miokard :
laserasi atau robeknya dinding ventrikel atau atrium jantung, dari septum
interatrial atau interventriculare, otot-otot papiler atau korda tendinea atau
salah satu katup jantung.
g.
Aneurisma : pelebaran
abnormal pada pembuluh nadi karena kondisi dinding pembuluh darah yang lemah.
h.
Perikarditis
Penatalaksanaan Infark Miokard Akut
Tujuan
dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan perkembangan serangan
jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan kesempatan untuk
penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Berikut ini adalah
penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:
1. Berikan oksigen
meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan oksigen yang melimpah untuk
jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L
/menit melalu binasal kanul.
2. Pasang monitor
kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat terjadi dalam jam-jam
pertama pasca serangan.
3. Pasien dalam
kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga mencegah kerusakan otot
jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan
kepada sel-selnya untuk memulihkan diri.
4. Pemasangan IV
line untuk memudahkan pemberian obat-obatan dan nutrisi yang diperlukan. Pada
awal-awal serangan pasien tidak diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat
mulut karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa
membebani jantung.
5. Pasien yang
dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan aspirin
(antiplatelet) untuk mencegah pembekuan
darah. Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel.
6. Nitroglycerin
dapat diberikan untuk menurunkan beban
kerja jantung dan memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner.
Nitrogliserin juga dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark
biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.
7. Morphin
merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat mendepresi
aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat
gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin.
8.
Pada prinsipnya
jika mendapatkan korban yang dicurigai mendapatkan serangan jantung, segera
hubungi 118 untuk mendapatkan pertolongan segera. Karena terlambat 1-2 menit
saa nyawa korban mungkin tidak terselamatkan lagi
Ø
Obat-obatan yang
digunakan pada pasien dengan IMA diantaranya:
1.
Obat-obatan
trombolitik
2.
Obat-obatan ini
ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh darah koroner,
sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obatan
ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner.
Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan
tidak boleh lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan
pada pasien diatas 75 tahun. Contohnya adalah streptokinase
3.
Beta Blocker
4.
Obat-obatan ini
menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk mengurangi nyeri dada
atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung tambahan. Beta bloker
juga bisa digunakan untuk memperbaiki
aritmia. Terdapat dua jenis yaitu cardioselective(metoprolol, atenolol, dan
acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol).
5.
Angiotensin-Converting
Enzyme (ACE) Inhibitors. Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan
mengurangi cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk
memperlambat kelemahan pada otot jantung. Misalnya captropil
6.
Obat-obatan
antikoagulan. Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan
bekuan darah pada arteri. Missal: heparin dan enoksaparin.
7.
Obat-obatan
Antiplatelet. Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan
platelet untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.
Ø
Jika obat-obatan
tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung, maka dpat dilakukan
tindakan medis, yaitu antara lain
1.
Angioplasti
2.
Tindakan
non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang tersumbat oleh
bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya dimasukan
melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon
dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian
dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.Pada angioplasti, dapat diletakan
tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap
terbuka. Beberapa stent biasanya
dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri.
3. CABG (Coronary
Artery Bypass Grafting). Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena
diambil dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan
pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk
aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.
4.
Setelah pasien
kembali ke rumah maka penanganan tidak
berhenti, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
5.
Mematuhi
manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan maupn mengikuti program
rehabilitasi.
6.
Melakukan upaya
perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan
kekambuhan, misalnya antara lain: menghindari merokok, menurunkan BB, dan
meningatkan aktivitas fisik.
Pencegahan IMA
Sedapat mungkin mengurangi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit arteri koroner, terutama yang dapat dirubah
oleh penderita:
· Berhenti
merokok
· Menurunkan
berat badan
· Mengendalikan
tekanan darah
· Menurunkan
kadar kolesterol darah dengan diet atau dengan obat
· Melakukan olah
raga secara teratur.
0 komentar:
Posting Komentar